Senin, 19 Maret 2012

LAYANAN BANTUAN BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA

A. Pengertian Universitas Terbuka Universitas Terbuka adalah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ke-45 di Indonesia yang menerapkan sistem belajar terbuka dan jarak jauh. Sistem belajar ini terbukti efektif untuk meningkatkan daya jangkau dan pemerataan kesempatan pendidikan tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara Indonesia, termasuk mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil, baik di seluruh nusantara maupun di berbagai belahan dunia. B. Layanan Bantuan Pada Universitas terbuka Karakteristik belajar mandiri di UT mempersyaratkan pengembangan pola dan strategi layanan akademik sedemikian sehingga mampu mengurangi kendala ruang dan waktu. Temuan penelitian Hafid (1998), Darmayanti,dkk.(1997), Wihardit,dkk. (1996), dan Surya (1992) menyatakan hal senada, yaitu bahwa pada umumnya mahasiswa UT memiliki ciri-ciri dan latar belakang kepribadian yang kurang mendukung untuk keberhasilan belajar di UT. Selanjutnya dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa keadaan tersebut akibat dari tingkat kemandirian mahasiswa yang masih rendah, kurang kuatnya keinginan mahasiswa untuk berubah, dan kurang kuatnya dorongan terhadap mahasiswa untuk menghadapi tantangan. Hal tersebut memberi gambaran bahwa dosen UT sangat dituntut untuk bersikap proaktif dalam menyajikan bentuk serta merealisasikan strategi layanan akademik kepada mahasiswa. Layanan bantuan belajar terdiri atas layanan akademik dan administrasi.  Layanan Akademik Layanan akademik dilakukan melalui kegiatan tutorial. Ada dua jenis layanan tutorial yaitu: tutorial tatap muka dan tutorial jarak jauh melalui radio, televisi, dan internet. Di samping itu, bimbingan praktik juga disediakan untuk mata kuliah yang memerlukan praktik. Kegiatan tutorial dan bimbingan praktik dilakukan oleh para tutor yang berkualitas, baik berasal dari perguruan tinggi negeri maupun swasta dan dari UT sendiri. Untuk mata kuliah tertentu, adakalanya mendatangkan narasumber yang diundang dari para pelaku bisnis, industri dan sektor lain yang relevan.  Layanan Adminstrasi Pelayanan administrasi difokuskan pada pemberian bantuan kepada mahasiswa dalam registrasi, mendapatkan bahan ajar, alih kredit, dan hal-hal lain yang dapat memengaruhi proses belajar mahasiswa. C. Layanan Akademik Ada beberapa hal yang sangat kuat diusulkan dan disarankan pada berjalanny proses akademik, yaitu yang pertama, kualitas layanan akademik. Secara umum, berkaitan dengan masalah peningkatan kualitas layanan akademik di bidang: (1) bahan ajar cetak (modul). Berkaitan dengan modul, mahasiswa mengharapkan peningkatan kualitas isi, tampilan, ketersediaan modul di lapangan, kemudahan mendapatkannya, dan penurunan harganya. Modul yang tercatat dalam kurikulum baru sulit didapatkan. (2) pelaksanaan penilaian. Hal lain yang menjadi usul dan saran mahasiswa berkaitan dengan pelaksanaan penilaian mahasiswa, antara lain ketersediaan dan kemudahan mendapatkan TM di UPBJJ, fungsi TM terhadap penilaian akhir mata kuliah, lembar jawaban esei hendaknya dikembalikan dengan catatan nilai, pengiriman DNU secepatnya ke mahasiswa, diperlukannya ujian tengah semester untuk membantu nilai akhir mata kuliah, serta kejelasan pedoman praktikum dan penilaiannya. (3) kurikulum. Mengenai kurikulum, mahasiswa mengharapkan agar informasi pergantian kurikulum dilakukan dengan jelas dan disampaikan dengan cepat ke mahasiswa. Demikian juga, mahasiswa berharap kesetaraan mata kuliah hendaknya disertai dengan soal ujian yang setara. (4) tutorial. Selanjutnya usul berkaitan dengan Tutorial, yaitu Tutorial tatap muka hendaknya diadakan secara terorganisir dan merupakan bagian integral dari sistem penliaian akhir mata kuliah. Mahasiwa mengharapkan agar surat yang dikirimkan hendaknya mendapat respons yang cepat dan jelas. Surat yang berfungsi mengarahkan mahasiswa dalam mendapatkan serta menggunakan bahan ajar harus dikirim secara rutin kepada mahasiswa. (5) media komunikasi. Media komunikasi ini sangat dibutuhkan bagi mahsiswa UT untuk proses pembeljaran. Ada dua jenis layanan tutorial yaitu: tutorial tatap muka dan tutorial jarak jauh melalui radio, televisi, dan internet. Hal yang secara umum sangat kuat adalah berkaitan dengan materi layanan akademik, diantaranya adalah bahwa hendaknya layanan akademik mahasiswa dilaksanakan dengan membahas permasalahan: (1) kisi-kisi dan latihan soal-soal UAS; (2) praktikum dan jenis praktek; (3) kisi-kisi dan latihan soal ujian komprehensip tertulis (UKT); (4) teknik dan strategi belajar; dan (5) jurnal. D. Layanan Administrasi 1) Kegiatan Registrasi Mahasiswa Yang dimaksud dengan registrasi adalah proses pendaftaran dan pencatatan data mahasiswa yang akan mengikuti proses belajar di Univerisitas Terbuka (UT). UT menerapkan tiga jenis registrasi yaitu registrasi pertama, registrasi mata kuliah, dan pendaftaran Tugas Akhir Program (TAP). Registrasi pertama diperuntukkan bagi calon mahasiswa baru yang akan mengikuti proses belajar di UT, registrasi mata kuliah untuk mahasiswa aktif (lama) yang akan mendaftar dan menempuh sejumlah mata kuliah pada semester (masa registrasi) tertentu, sedangkan pendaftaran TAP untuk mahasiswa jenjang strata 1 (S1) yang telah memenuhi persyaratan akademik untuk menempuh TAP. Sistem administrasi mahasiswa UT dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sistem Non Pendas dan sistem Pendas. Dalam sistem Non Pendas, registrasi mahasiswa baru dilakukan secara individual, sedangkan dalam sistem pendas registrasi mahasiswa baru dilakukan melalui kelompok belajar. Mahasiswa yang termasuk dalam sistem non pendas dapat memilih mata kuliah yang akan diregistrasikan secara bebas sesuai dengan sebaran kurikulum yang berlaku, sedangkan bagi mahasiswa yang termasuk dalam sistem Pendas harus menempuh paket mata kuliah yang ditentukan mulai dari semester pertama sampai dengan selesai. Kegiatan registrasi tersebut harus dilakukan sendiri oleh mahasiswa di UT sebagai salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti ujian. Bagi mahasiswa kerja sama registrasi paket mata kuliah dapat dilakukan secara otomatis oleh UT Pusat. Ketentuan mengenai persyaratan mahasiswa, waktu registrasi, mata kuliah yang dapat diregistrasikan, besarnya biaya pendidikan, serta persyaratan untuk dapat mengikuti TAP secara terinci diatur dalam buku Katalog UT. Untuk melakukan registrasi mahasiswa memerlukan berkas registrasi yaitu: a. Registrasi pertama. Calon mahasiswa melakukan registrasi pertama dengan menggunakan berkas registrasi pertama yang dapat dibeli di UT. b. Registrasi mata kuliah. Mahasiswa melakukan registrasi matakuliah dengan menggunakan Tanda Bukti Setoran UT (TBS-UT) yang dapat diperoleh di dalam amplop berkas registrasi pertama, di UT. c. Pendaftaran TAP. Calon peserta TAP melakukan pendaftaran TAP dengan menggunakan berkas pendaftaran TAP yang dapat dibeli di UT. 2) Kegiatan Ujian Universitas Terbuka terus menerus melakukan upaya peningkatan kualitas proses ujian antara lain dengan peningkatan efesiensi dalam mempersiapkan bahan ujian, pengelolahan hasil ujian sehingga nantinya akan tercapai penyelenggaraan ujian yang berkualitas. Upaya berkelanjutan dalam peningkatan kualitas, mengevaluasi kinerja UT pada penyelenggaraan ujian disetiap masa ujian merupakan agenda dan komitmen UT serta tindakan nyata semua unit (UT) dalam melakukan kontrol secara terus menerus agar sedini mungkin dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan ujian. Untuk itu UT selaku unit yang mengemban tugas dalam proses pelaksanaan ujian selalu berupaya keras sekuat tenaga untuk dapat mensukseskan setiap proses pelaksanaan ujian sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan oleh Universitas Terbuka. Yang dilakukan adalah pada kegiatamn ujian adalah : • Persiapan perencanaan • Pelaksanaan Kegiatan Ujian • Temuan dan Solusi • Pengiriman hasil ujian • Monitoring dan evaluasi Ujian 3) Kegiatan Bantuan Belajar dan Layanan Bahan Ajar  Perencanaan TTM/Praktik/Praktikum Pada penyelenggaraan layanan bantuan belajar di UT melalui UT menggunakan sistem belajar jarak jauh (BJJ) yang lebih dikenal dengan istilah Tutorial Tatap Muka (TTM). Ada 2 (dua) jenis kegiatan TTM, yaitu (1) TTM Wajib, adalah layanan tutorial yang telah disediakan dari UT Pusat yang merupakan paket arahan tiap semester hanya berlaku bagi program pendas, dan (2) TTM-ATPEM, adalah layanan tutorial atas permintaan mahasiswa. TTM Atpem ini dapat dilakukan baik program Pendas maupun Non Pendas yang dilaksanakan di masing-masing kelompok-kelompok belajar (pokjar). Bahan ajar yang digunakan oleh mahasiswa pendas adalah Buku Materi Pokok (BMP) yang didisain khusus untuk pendidikan guru SD. BMP tersebut terdiri dari bahan ajar cetak, non cetak, panduan praktikum atau petunjuk praktikum, naskah tugas mandiri. BMP tersebut disediakan sesuai dengan paket mata kuliah per semester. Dalam hal pengiriman BMP, karena ini berkaitan dengan kegiatan tutorial, maka jumlah BMP yang dikirim selalu ditambah dengan bmp untuk para tutor. Bahan ajar tersebut telah dikirimkan tiap semester melalui para pengelola untuk diteruskan kepada kelompok belajar yang selanjutnya diberikan kepada seluruh mahasiswa.

Selasa, 22 November 2011

1. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PENDEKATAN SISTEM Dalam cakupan pengertian sistem termuat adanya berbagai komponen (unsur), berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen), adanya saling hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan (kesatuan organis = integrasi) antar komponen, adanya keluasan sistem (ada kawasan di dalam sistem dan di luar sistem), dan gerak dinamis semua fungsi dari semua kompo¬nen tersebut mengarah (berorientasi = berkiblat) ke pencapaian tuju¬an sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu. Bertolak dari identifiÂkasi sistem tersebut, akan disajikan beberapa batasan sistem untuk diarifi seperlunya, batasan sistem tersebut, adalah: 1. Sistem adalah komposisi (susunan yang serasi) dari fungsi komponennya. 2. Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetap¬kan lebih dahulu. (Warijan, dkk., 1984: 1) 3. Sistem adalah pengkoordinasian (pengorganisasian) seluruh komponen serta kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu. 4. A system is an organized or complex whole; an assemblage or combination of things or parts forming a complex or unitary whole. (Johnson, Kast, dan Rosenzweig, 1973: 4). Pengertian dan ciri-ciri sistem atau pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisis (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial relatif lebih rumit dibanding analisis sistem fisis dan sistem biotis; sistem sosial pada umumnya dan khususnya sistem pendidikan bersifat terbuka, yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistemnya (rentan terhadap pengaruh luar), misalnya: sistem sekolah mudah dipengaruhi oleh situasi masya¬rakatnya (supra sistemnya). Karakter sistem pendidikan yang bersifat terbuka ini menuntut konsekuensi penyelenggaraan pendidikan sekolah yang kritis (dalam mawas diri) dan kreatif (dalam mencari alternatif pengembangan yang positif) secara berkesinambungan. Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem, adalah: 1. Adanya tujuan: Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentu¬kan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan kompo¬nen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem meng¬arah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem. 2. Adanya komponen sistem (selain tujuan): Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di dalamnya adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem. 3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem: Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhan¬nya (semua fungsi komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita sebagai manusia ber¬jalan secara sehat dan semestinya. Penyelenggaraan pengajaran di sekolah merupakan suatu sis¬tem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif dan cfisien. Misalnya: fungsi komponen yang berstatus guru adalah pem¬bimbing belajar siswa (pendorong motivasi belajar siswa, peng¬arah, pengatur (organisator) situasi belajar siswa, sebagai nara sumber (fasilitator), bertindak sebagai penyebar kebijakan, penilai hasil belajar siswa, dsb.); jika guru cakap menjalankan fungsinya maka akan sangat membantu kelancaran serta keberhasilan belajar siswa, dan sebaliknya. 4. Adanya interaksi antar komponen: Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan. Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata jika ada siswa yang bersedia untuk dididiknya; siswa yang responsif, kri¬tis, dan koordinatif banyak membantu guru dalam mengem¬bangkan kariernya. Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik: Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada interaksi personal, peran dari komponen-komponen (selain guru dan siswa) adalah untuk meningkatkan nilai inter¬aksi personal tersebut demi keberhasilan belajar siswa. Transfor¬masi yang terjadi dalam interaksi guru-siswa secara lebih teknis merupakan transaksi pesan-pesan (pemahaman -> penginte¬grasian -> pengembangan diri). 2. SISTEM KOMUNIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN Karena lingkungan lembaga pendidikan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman, maka diperlukankomunikasi dalam hal sistem perencanaan pendidikan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan, pengawasan, evaluasi, serta perumusan kebijakan yang sangat memerlukan komunikasi sebagai bahan pendukung pada perencanaan pendidikan. Dalam hal ini diperlukan suatu sistem pendekatan yaitu perencanaan pendidikan partisipatori. Dalam perencanaan pendidikan memerlukan beberapa konsep mengenai perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan organisasi pendidikan akan perencanaan akibat perubahan lingkungan, ciri-ciri sistem yang akan dipakai dalam perencanaan, dan beberapa teori perencanaan. Hudson menunjukkan 5 proses perencanaan yaitu radical, advocacy, transactive, synoptic, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa yang berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan, seperti perencana di tingkat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah. Perencanaan partisipatori banyak melibatkan orang-orang daerah yang memiliki kepentingan atas obyek yang direncanakan. karena itu perencanaan partisipatori, memerlukan informasi dari masyarakat dalam arti perlu pendekatan pada masyarakat untuk melaksanakan perencanaan pendidikan pada satu tempat (daerah). Dalam arti hubungan lembaga pendidikan dengan komunikasinya merupakan dasar untuk memudahkan pelaksanaan perencanaan pendidikan partispatori seperti kebiasaan lembaga pendidikan dan masyarakat bekerja sama membangun pendidikan. Komunikasi antara lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan realisasi teori common sense dalam komunikasi, bukan teori kompetisi atau teori kontrol. Misi, Tujuan, dan Program Perencanaan Setiap perencanaan pada umumnya memiliki satu tujuan perencanaan yang mencakup langkah keseluruhan perencanaan, mulai perencanaan strategi sampai keperencanaan operasional. Dengan demikian proses perencanaan melalui tahap-tahap seperti: 1. Menentukan kebutuhan dasar antisipasi terhadap perubahan lingkungan atau masalah yang muncul. 2. Melakukan forecasting, menentukan program, tujuan, misi perencanaan. 3. Menspesifikasi tujuan. 4. Menentukan standar performan. 5. Menentukan alat/metode/alternatif pemecahan 6. Melakukan implementasi dan menilai 7. Mengadakan reviu. Karena itu perencanaan pendidikan memerlukan akuntabilitas dan kontrol agar sesuai dengan lapangan kerja dalam perencanaan pendidikan, sehubungan dengan usaha menciptakan iklim organisasi pendidikan yang hangat. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dengan masyarakat. Sebab kegiatan perencanaan pendidikan pada umumnya tidak pernah bisa dilepaskan dari masyarakat, terutama pada masyarakat yang ada di sekitarnya. Itu sebabnya mengapa perlu komunikasi dengan masyarakat, semua itu ada hubungannya di mana saling memberi, saling mendukung, dan saling menguntungkan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Karena masyarakat turut bertanggungjawab terhadap kemajuan dan kelancaran proses pendidikan dalam lembaga pendidikan. Karena masyarakat sudah menjadi bagian kegiatan yang penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan. Sehingga masalah yang muncul baik dari lembaga sendiri maupun di masyarakat dapat diselesaikan dengan mudah dan lebih tuntas. Khusus para perencana pendidikan lebih-lebih perencanaan yang bersifat partisipatori yang perencanaan dilakukan bersama di antara pecinta pendidikan yaitu lembaga pendidikan dan warga masyarakat. Mereka yang dapat mempengaruhi pendidikan dan dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang di sebut stakeholder.

Rabu, 01 Desember 2010

Media transmisi
Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim dan penerima informasi (data), karena jarak yang jauh, maka data terlebih dahulu diubah menjadi kode/isyarat, dan isyarat inilah yang akan dimanipulasi dengan berbagai macam cara untuk diubah kembali menjadi data. Media transmisi digunakan pada beberapa peralatan elektronika untuk menghubungkan antara pengirim dan penerima supaya dapat melakukan pertukaran data. Beberapa alat elektronika, seperti telepon, komputer, televisi, dan radio membutuhkan media transmisi untuk dapat menerima data. Seperti pada pesawat telepon, media transmisi yang digunakan untuk menghubungkan dua buah telepon adalah kabel. Setiap peralatan elektronika memiliki media transmisi yang berbeda-beda dalam pengiriman datanya.
Adapun karakteristik media transmisi ini bergantung pada:
• Jenis alat elektronika
• Data yang digunakan oleh alat elektronika tersebut
• Tingkat keefektifan dalam pengiriman data
• Ukuran data yang dikirimkan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan media transmisi dan sinyal sebagai penentu data rate dan jarak adalah sebagai berikut:
a. Bandwidth (lebar pita).Semakin besar bandwidth sinyal, maka semakin besar pula daya yang dapat ditangani.
b. Transmission Impairement (kerusakan transmisi). Untuk media terpandu, kabel twisted pair secara umum mengalami kerusakan transmisi lebih daripada kabel coaxial, dan coaxial mengalaminya lebih dari pada serat optik.
c. Interference (interferensi). Interferensi dari sinyal dalam pita yang saling overlapping dapat menyebabkan distorsi atau dapat merusak sebuah sinyal.
d. Jumlah penerima (receiver). Sebuah media terpandu dapat digunakan untuk membangun sebuah hubungan point-to-pint atau sebuah hubungan yang dapat digunakan secara bersama-sama.
Kapasitas jalur transmisi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan kapasitasnya, yaitu:
a. Narrowband Channel (Subvoice Grade Channel)
kecepatan sinyal pada jalur transmisi ini adalah 50-300 bps. Transmisi jenis ini membutuhkan biaya instalasi yang relatif rendah, tetapi biaya overhead-nya relatif mahal dengan tingkat kesalahan yang cukup besar.
b. Voiceband Channel (Voice Grade Channel)
Kecepatan sinyal pada jalur transmisi ini adalah 300-500 bps. Jalur transmisi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu dial up (switched lines) dan private lines (lease line). Dial up adalah saluran komunikasi yang diperoleh dengan menggunakan jaringan telepon. Sebelum hubungan terjadi, pemakai harus mendial nomor telepon tempat yang akan dituju. Sedangkan private line adalah saluran yang menggunakan jaringan telepon, tetapi memakai fasilitas khusus sehingga dapat digunakan oleh Telkom.
c. Wideband Channel
Kecepatan transmisi sinyal pada jenis transmisi ini dapat mencapai jutaan bps, misalnya kabel coaxial, microwave dan lain-lain.
Kategori media transmisi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
• Guided transmission media
• Unguided transmission media

Guided transmission media
Guided transmission media atau media transmisi terpandu merupakan jaringan yang
menggunakan sistem kabel. Ada 4 tipeuntuk Guided Media :Twisted Pair, Coaxial Cable, Optical Fibre.
1. Twisted Pair Cable
Twisted pair cable atau kabel pasangan berpilin terdiri dari dua buah konduktor yang digabungkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meniadakan interferensi lektromagnetik dari luar seperti radiasi elektromagnetik dari kabel Unshielded twisted-pair (UTP),dan crosstalk yang terjadi di antara kabel yang berdekatan. Ada dua macam Twisted Pair Cable, yaitu kabel STP dan UTP. Kabel STP (Shielded Twisted Pair) merupakan salah satu jenis kabel yang digunakan dalam jaringan komputer. Kabel ini berisi dua pasang kabel (empat kabel) yang setiap pasang dipilin. Kabel STP lebih tahan terhadap gangguan yang disebebkan posisi kabel yang tertekuk. Pada kabel STP attenuasi akan meningkat pada frekuensi tinggi sehingga menimbulkan crosstalk dan sinyal noise. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) banyak digunakan dalam instalasi jaringan komputer. Kabel ini berisi empat pasang kabel yang tiap pasangnya dipilin (twisted). Kabel ini tidak dilengkapi dengan pelindung (unshilded). Kabel UTP mudah dipasang, ukurannya kecil, dan harganya lebih murah dibandingkan jenis media lainnya. Kabel UTP sangat rentan dengan efek interferensi elektris yang berasal dari media di sekelilingnya.

StandarisasiKabel Twisted
Kategori 1
 Merupakankabeltelepon model lama dipakaihanyasampai 1983
 Tidakcocokuntuktransmisi data kecepatantinggi
Kategori 2
 Untukkecepatantransmisihingga 4 Mbps
 Spesifiaksinyacocokdengankabeljenis 3 IBM :empatpasangterlilit solid takterbungkusuntuksuaradan datauntukkategori 3 danseterusnyamemilikikarakteristik.
 Paling sedikitmemiliki 3 lilitan per kaki (30,5cm) linier
 Tidakadaduapasang yang memilikipolalilitan yang sama, haliniuntukmengurangi crosstalk.
 Crosstalk terjadibila signal listrikmelintasibeberapakabel yang berdekatan.
 Semakinpanjangkabelmakadiaakanberfungsisebagaiantena yang baik.
 Signal yang melintasikabelakanmenciptakan noise frekuensi radio, bila noise initerlalukerasmakakabel yang adadidekatnyadapatmenangkap signal
 Semakinbanyaklilitanperkaki linier semakinbesarperlindunganterhadap crosstalk
 Lilitaninidigunakanuntukmembangkitkanefek cancellation
Kategori 3
 Kualitasterendah yang bisadigunakanuntukjaringan LAN
 Dapatmelakukantransmisisampai 10 Mbps
Kategori 4
 Jeniskabel paling rendahuntukjaringan Token Ring 16 Mbps
Kategori 5
 Memiliki crosstalk terendah
 Memilikikecepatansamapai 100 Mbps bahkanbisalebih
 Memiliki 8 s/d 15 lilitan per kaki linier
 Pamjangmaksimum 100 meter
 Kabel yang ditetapkandalamspesifikasi Fiber Distributed Data Interface (FDDI), spesifikasi yang mendifinisikanbagaimanatembagadanseratbekerjasamadalamlingkungan yang sama.
Perlindungan kabel twisted
 UTP (Unshielded Twisted Pair), hanyalilitanantarkabeluntukmenhindari crosstalk, tidakadaperlindunganinterferensiatauinduksisinyaldariluarkabel.
 STP (Shielded Twisted Pair), selaindililitkan, jugapunyaproteksiterhadapinduksiatauinterferensisinyaldariluarkabelberupalapisankertasalumunium foil, sebelumjaketpembungkusluar.

2. Coaxial Cable
Kabel koaksial adalah suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah konduktor. Kabel ini banyak digunakan untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai 300 kHz keatas. Karena kemampuannya dalam menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka sistem transmisi dengan menggunakan kabel koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup besar. Ada beberapa jenis kabel koaksial, yaitu thick coaxial cab le (mempunyai diameter besar) dan thin coaxial cable (mempunyai diameter lebih kecil). Keunggulan kabel koaksial adalah dapat digunakan untuk menyalurkan informasi sampai dengan 900 kanal telepon, dapat ditanam di dalam tanah sehingga biaya perawatan lebih rendah, karena menggunakan penutup isolasi maka kecil kemungkinan terjadi interferensi dengan sistem lain. Kelemahan kabel koaksial adalah mempunyai redaman yang relatif besar sehingga untuk hubungan jarak jauh harus dipasang repeater-repeater, jika kabel dipasang diatas tanah, rawan terhadap gangguan-gangguan fisik yang dapat berakibat putusnya hubungan. sebenarnya tidak ada yang berguna bagi anjing-anjing rumahan
Ada duajenispenggunaan cable coaxial :
Digunakanuntuktransmisi analog
• Impedansi 75 Ohm
• Contoh :kabelantena TV external
Digunakanuntuktransmisi digital
• Impedansi 50 Ohm
• Contoh :kabeljaringankomputer
Standarisasi Coaxial Cable / Kabel Coaxial
Terdiriatas 4 jeniskabel :
 Ethernet, seringdisebut 10Base5, standard yang ditetapkanolehIEEE(Institute for Electrical & Electronics Engineers)
• Diameter 0,4inchi
 RG-58A/U, seringdisebutsebagai 10Base2
• Diameter 0,18inchi
 RG-59/U digunakanpada TV kabeldanARCnet (topologijaringan model lama)
• Diameter 0,25inchi
 RG62/U digunakanpadaARCnetdan terminal IBM
• Diameter 0,25inchi
3. Fiber Optic
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Berdasarkan mode transmisi yang digunakan serat optik terdiri atas Multimode Step Index, Multimode Graded Index, dan Singlemode Step Index. Keuntungan serat optik adalah lebih murah, bentuknya lebih ramping, kapasitas transmisi yang lebih besar, sedikit sinyal yang hilang, data diubah menjadi sinyal cahaya sehingga lebih cepat, tenaga yang dibutuhkan sedikit, dan tidak mudah terbakar. Kelemahan serat optik antara lain biaya yang mahal untuk peralatannya, memerlukan konversi data listrik ke cahaya dan sebaliknya yang rumit, memerlukan peralatan khusus dalam prosedur pemakaian dan pemasangannya, serta untuk perbaikan yang kompleks membutuhkan tenaga yang ahli di bidang ini. Selain merupakan keuntungan, sifatnya yang tidak menghantarkan listrik juga merupakan kelemahannya karena memerlukan alat pembangkit listrik eksternal.
Spesifikasipemakaian Fiber Optic
Indoor cable:
 Menggunakan LED sebagaisumbercahaya
 Attenuation 3,5 dB/km (kehilangan 3,5 dB per kilometer signal)
 Panjanggelombangcahaya yang digunakan 850 nM (nano meter)
 Munggunakan Multimode, dapatmelewatkanberbagaicahaya
Outdoor cable :
 Menggunakan Laser sebagaisumbercahaya
 Attenuation 1 dB/Km
 Panjanggelombang 1170 nM (nano meter)
 Monomode (single mode)
Keuntungan Fiber Optic
 Tahanterhadapgangguan RFI (Radio Frequency Interference) dan EMI (ElectroMagnetic Interference)
 Keamanan, tidakbisadisadapmelauikabelbiasa
 Bandwith yang besar
 Tidakberkarat
 Jangkauanlebihjauhdibandingkabeltembaga
 Kecepatan transfer lebihtinggi
Kelemahan Fiber Optic
 Goncanganfisikakanmenjadigangguanterhadap signal
 Sulitdalaminstalasidibandingkabeltembaga :
• Penyambunganuntukinstalasiatauapabilaputus
• Pembelokan yang tajambisamenyebabkanpatah.
Unguided Transmission Media
Unguided transmission media atau media transmisi tidak terpandu merupakan jaringan yang menggunakan sistem gelombang.
 Gelombang mikro
Gelombang mikro (microwave) merupakan bentuk radio yang menggunakan frekuensi tinggi (dalam satuan gigahertz), yang meliputi kawasan UHF, SHF dan EHF. Gelombang mikro banyak digunakan pada sistem jaringan MAN, warnet dan penyedia layanan internet (ISP). Keuntungan menggunakan gelombang mikro adalah akuisisi antar menara tidak begitu dibutuhkan, dapat membawa jumlah data yang besar, biaya murah karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan yang luas, frekuensi tinggi atau gelombang pendek karena hanya membutuhkan antena yang kecil. Kelemahan gelombang mikro adalah rentan terhadap cuaca seperti hujan dan mudah terpengaruh pesawat terbang yang melintas di atasnya.
 Satelit
Satelit adalah media transmisi yang fungsi utamanya menerima sinyal dari stasiun bumi dan meneruskannya ke stasiun bumi lain. Satelit yang mengorbit pada ketinggian 36.000 km di atas bumi memiliki angular orbital velocity yang sama dengan orbital velocity bumi. Hal ini menyebabkan posisi satelit akan relatif stasioner terhadap bumi (geostationary), apabila satelit tersebut mengorbit di atas khatulistiwa. Pada prinsipnya, dengan menempatkan tiga buah satelit geostationary pada posisi yang tepat dapat menjangkau seluruh permukaan bumi. Keuntungan satelit adalah lebih murah dibandingkan dengan menggelar kabel antar benua, dapat menjangkau permukaan bumi yang luas, termasuk daerah terpencil dengan populasi rendah, meningkatnya trafik telekomunikasi antar benua membuat sistem satelit cukup menarik secara komersial. Kekurangannya adalah keterbatasan teknologi untuk penggunaan antena satelit dengan ukuran yang besar, biaya investasi dan asuransi satelit yang masih mahal, atmospheric losses yang besar untuk frekuensi di atas 30 GHz membatasi penggunaan frequency carrier.
 Gelombang radio
Gelombang radio adalah media transmisi yang dapat digunakan untuk mengirimkan suara ataupun data. Kelebihan transmisi gelombang radio adalah dapat mengirimkan isyarat dengan posisi sembarang (tidak harus lurus) dan dimungkinkan dalam keadaan bergerak. Frekuensi yang digunakan antara 3 KHz sampai 300 GHz. Gelombang radio digunakan pada band VHF dan UHF : 30 MHz sampai 1 GHz termasuk radio FM dan UHF dan VHF televisi. Untuk komunikasi data digital digunakan packet radio.
 Inframerah
Inframerah biasa digunakan untuk komunikasi jarak dekat, dengan kecepatan 4 Mbps. Dalam penggunaannya untuk pengendalian jarak jauh, misalnya remote control pada televisi serta alat elektronik lainnya. Keuntungan inframerah adalah kebal terhadap interferensi radio dan elekromagnetik, inframerah mudah dibuat dan murah, instalasi mudah, mudah dipindah-pindah, keamanan lebih tinggi daripada gelombang radio. Kelemahan inframerah adalah jarak terbatas, tidak dapat menembus dinding, harus ada lintasan lurus dari pengirim dan penerima, tidak dapat digunakan di luar ruangan karena akan terganggu oleh cahaya matahari.



http://www.wikipedia/Media_transmisi.htm
http://www.duniaku.blogspot/media_transmisi.htm
http://isaninside.files.wordpress.com/2009/01/teknolgi-media-transmisi-paperihsanz2008.pdf
http://nic.unud.ac.id/~lie_jasa/MEDIA%20TRANSMISI%20(Kellompok%20III).pdf

Selasa, 19 Oktober 2010

Pola Pelayanan Bimbingan Konseling

POLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bimbingan Konseling



oleh
Fitri Olifia (2201409092)
Ayu Rohmatin Diana (1102409010)
Ahmad Anhar (3201409019)



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam aktivitas di sekolah, siswa memerlukan bimbingan bukan hanya sekedar pembelajaran. Rekan siswa untuk menjadi pembimbing yang paling baik dan efektif adalah guru mata pelajaran. Namun tentu saja untuk mendapatkan hasil siswa yang di bimbing dengan benar. Guru mata pelajaran harus mempunyai pengetahuan tentang pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Ini dimaksudkan untuk dapat membimbing anak kearah yang lebih optimal dan tidak sembarangan.
Dengan adanya bab mengenai pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini. Mahasiswa jadi benar-benar paham cara memposisikan diri dalam bimbingan di sekolah pada anak didiknya kelak. Matakuliah ini dimaksudkan membekali mahasiswa sebagai calon guru sekolah menengahuntuk mampu menyelenggarakan pembelajaran yang membimbiing dan memberikan pelayanan dasar-dasar bimbingan sesuai dengan kewenanganya. Sehingga untuk menunjang pembekalan untuk mahasiswa itu. Pembahasan dilakukan tentang model-model bimbingan dan konseling, pola dasar bimbingan, dan pendekatan atau strategi dasar.


B. TUJUAN
Penulisan makalah ini untuk mengetahui:
a) Mengetahui model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan.
b) Mengetahui pola-pola bimbingan.
c) Mngetahui pendekatan atau strategi dasar.


C. METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan,yaitu dalam mendapatkan materi untuk penulisan makalah berorientasi pada buku-buku yang berkaitan dengan makalah ini.






























BAB 2
PERMASALAHAN

Ada beberapa hal juga mengenai pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang masih dipertanyakan seperti:
1. Model-model bimbingan dan konseling apa yang baik untuk bekal mahasiswa nantinya ?
2. Pola dasar bimbingan apakah yang efektif untuk mahasiswa pelajari ?
3. Apa sajakah pola-pola bimbingan yang baik untuk pelayanan bimbingan di institusi pendidikan ?
4. Apa saja pendekatan dan strategi dasar guna pembekalan bagi mahasiswa ?





















BAB 3
PEMBAHASAN MASALAH

A. Model-model Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan
Pelayanan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan yang formal diadakan dalam program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Program bimbingan dan konseling dapat disusun dengan berdasarkan pada suatu kerangka berfikir dan pola dasar pelaksanaan tertentu.
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan berawal dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah. Istilah Model menurut Shertzer dan Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk menghadapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan sekolah di Amerika Serikat.
1. Frank Parsons yang menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2. William M. Proctor, (1925) yang mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kurikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa.
3. John M. Brewer, (1932) yang mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.
4. Donal G. Patterson, (1938) dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.
5. Wilson Little dan AL. Champman, (1955) menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan preserveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.
6. Kenneth B. Hoyt, (1962) yang mendeskripsikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, preserveratif dan remedial dan mengutamakan ragam bimbingan belajar dan pribadi.
7. Ruth Strabf, (1964) yang berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan pelayanan secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling.
8. Arthur J. Jones, (1970) menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi tekanan pada komponen bimbingan penempatan pengumpulan data serta wawancara.
9. Chris D. Kehas, (1970) merumuskan tujuan pendidikan di sekolah, memberikan tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi di lapangan hanya aspek intelektual yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di kelas.
10. Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971), mengajukan usul supaya di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut kepribadian nilai-nilai hidup dan sikap-sikap. Pelayanan bimbingan tidak hanyadibatasi pada mereka yang menghadap konselor sekolah, tetapi sampai pada semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis. Ini merupakan keunggulan modelnya.
11. Julius Menacker, (1976) model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang optimal bagi siswa. Keunggulan model ini ialah pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan hidupnya.

B. Pola-pola Bimbingan dan Konseling
Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan pelayanan bimbinga di institusi pendidikan muncul empat pola dasar yang diberi nama sebagai berikut:
1. Pola Generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Ujung pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya, bimbingan hanya dianggap perlu pada saat-saat tertentu saja.
2. Pola Spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan bimbingan konseling.
3. Pola Kurikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan dusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka sustu kursus bimbingan. Segi positif dari pola iniialah hubungan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran, segi negatifnya terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik.
4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental, bahwa orang akan lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif dari pola ini ialah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi social di antara peserta didik dengan staf pendidik.

C. Pendekatan atau Strategi Dasar
Seorang ahli bernama Robert H. Mathewson (1962), berhasil membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing pendekatan meupakan kontinum yang bipolar. Ketujuh strategi dasar itu adalah sebagai berikut :
1. Edukatif versus Direktif, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai pengalaman belajar bagin siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri pilihan-pilihannya.
2. Komulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan dilihat sebagai progam yang kontinyu dan bersambung-sambung.
3. Evaluasi diri versus oleh orang lain, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakarsa sendiri.
4. Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan, yaitu disisi satu pelayanan bimbingan menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi.
5. Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, yaitu disisi satu pelayanan bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yang lain menitikberatkan pengumpulan data siswa dari sumber di luar siswa sendiri.
6. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu di satu sisi pelayanan bimbingan diprogamkan sedemikian rupa sehingga semua tantangan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa tercakup di dalamnya.
7. Koordinatif versus Spesialistik, yaitu di satu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudukan sama dan harus bekerjasama erat dalam mendeskripsikan ciri-ciri suatu program bimbingan yang dilaksanakan pada institusi pendidikan, di sisi yang lain ditangani secara spesifik berdasarkan keahlian.




















BAB 4

A. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan tentang pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada bab 3 diatas dapat dimpulkan bahwa,:
I. Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan dipakai sebagai pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah.
II. Terdapat 4 pola dasar bimbingan yaitu pola generalis, pola spesialis, pola kurikuler, dan pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental.
III. Pendekatan dan strategi dasar ada 7 yaitu Edukatif versus Direktif, Kumulatif versus Pelayanan, Evaluasi diri versus oleh orang lain, Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan, Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, Koordinatif versus Spesialistik.

B. SARAN

Mahasiswa sebagai calon pendidik harus benar-benar mengerti, memahami dan mengaplikasikan dengan baik pembahasan tentang model-model pelayanan bimbingan dan konseling, pola dasar bimbingan, pola-pola bimbingan, dan pendekatan atau strategi dasar pada bimbingan dan konseling. Dengan demikian, mahasiswa nantinya pada saat menjadi pendidik akan dapat menciptakan generasi muda dengan kebenaran dalam sikap dan perilaku yang juga akan berdampak bagi negara yaitu negara Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang kompetitif di dunia internasional dan memajukan Indonesia dalam berbagai bidang.

Kamis, 14 Oktober 2010

Teori Belajar Humanistik

Nana_ku
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Akan berhasil jika sipelajar telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pendang pengamatannya.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah:
1. Proses pemerolehan informasi baru,
2. Personalisasi informasi ini pada individu
 Tokoh-tokohnya:
1. Arthur Combs (1912 - 1399)
Bersama dengan Donald Snygg (1904 - 1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting merek harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu, guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha mengubah kenyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pembelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu, dengan kata lain individunya yang memberikan arti kepada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Main jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam uapay untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis, seperti terdapat pada gambar berikut.
Pada diri masing-masing, orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hierarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential (pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaki mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar. Experiential Learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dalam bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah:
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar atas inisiati sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan, para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positf. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk memantapkan kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa.
 Aplikasi teori Humanistik terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
 Kelebihan Teori Belejar Humanistik
1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
 Kekurangan Teori Belajar Humanistik
1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.

http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-humanistik.htm

Kamis, 09 September 2010

desain (titipan)

Rabu, 08 September 2010

DesainQyu...